Iklan

Tanggal 2 Februari Peringatan Meningkatkan kesadaran dan Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Akan Pentingnya Lahan Basah

Saturday 3 February 2024, 01:36 WIB Last Updated 2024-02-04T16:08:32Z

Banda Aceh, PERSS.ID - Seiring dengan pertumbuhan perkotaan dan peningkatan permintaan lahan, lahan basah di Aceh terancam menghilang tiga kali lebih cepat dibandingkan hutan. Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya lahan basah, Koalisi Selamatkan Lahan dan Hutan Aceh mengeluarkan pernyataan sikap bersama pada peringatan Hari Lahan Basah Sedunia.

Lahan basah di Aceh, yang mencakup hutan mangrove, hutan gambut, sungai, rawa, danau, pantai, delta, dan laut, memiliki peran vital dalam menyediakan air bersih, sumber makanan, dan melindungi dari cuaca ekstrem. Namun, tren pemukiman manusia di Aceh meningkatkan ancaman terhadap konservasi lahan basah.

Menurut laporan dari Dr. Musonda Mumba, Sekretaris Jenderal Konvensi Lahan Basah, pertumbuhan perkotaan cenderung merambah lahan basah, menyebabkan hilangnya habitat ini tiga kali lebih cepat daripada hutan. Perusakan lahan basah terjadi melalui praktik pertanian tidak berkelanjutan, drainase, penimbunan, aktivitas manusia, dan polusi plastik.

Kondisi kritis juga terjadi di beberapa lahan basah Aceh, seperti habitat mangrove di Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang yang terus menyusut akibat pengalihan fungsi dan perambahan. Hutan gambut di Nagan Raya dan Abdya juga terus dikeringkan untuk pengembangan kelapa sawit, mengancam keberlangsungan rumah orangutan Sumatera.


Selain itu, Danau Lut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah menghadapi masalah serius seperti menyusutnya debit air, penurunan kualitas air, hilangnya beberapa spesies ikan endemik, dan mendangkalnya cekungan danau. Spesies endemik seperti ikan depik [Rasbora tawarensis] mengalami penurunan populasi yang signifikan.

Di beberapa wilayah seperti Pidie, Aceh Barat, dan Nagan Raya, aktivitas galian dan tambang di sepanjang alur sungai menyebabkan kerusakan lahan, pencemaran merkuri, dan peningkatan penyakit infeksi. Perjuangan warga di Beutong Ateuh Banggalang dan Pining, Gayo Lues, untuk melindungi hutan adat dan menghentikan eksploitasi tambang juga terus berlanjut.

Koalisi Selamatkan Lahan dan Hutan Aceh, yang terdiri dari organisasi dan lembaga seperti Aceh Wetland Foundation, Yayasan APEL GREEN Aceh, dan LSM Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembahTari), menyerukan tindakan konkret. Pernyataan sikap tersebut mencakup penguatan peran aparat penegak hukum, peran masyarakat adat, dan peningkatan status konservasi pada habitat lahan basah di Aceh.


Dengan moto "Lahan dan Hutan untuk Kesejahteraan Manusia, bukan Pemilik Modal," koalisi ini mengajak masyarakat bergabung dalam upaya menjaga lahan basah dan hutan untuk tujuan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030. Koalisi juga mengingatkan perlunya gugatan perwakilan terhadap perusakan hutan dan peningkatan deforestasi di Aceh.

Dalam upaya untuk menghubungi koalisi, narahubung dapat dihubungi melalui:
- Yusmadi (081269469737)
- Rahmad Syukur (082274106290)
- Said Zainal, S.H. (081397184549)
Komentar

Tampilkan

  • Tanggal 2 Februari Peringatan Meningkatkan kesadaran dan Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Akan Pentingnya Lahan Basah
  • 0

Terkini